T.B. Simatupang
adalah seorang Pahlawan Nasional yang pernah menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan
Perang Republik Indonesia (KASAP) setelah Jenderal Soedirman wafat ini jasa-jasanya begitu besar dalam sejarah
Indonesia, sehingga tidak heran jika wajahnya dipilih menjadi salah satu dari 12 Pahlawan Nasional yang menghiasi uang baru NKRI emisi 2016 dimana gambar T.B. Simatupang akan dicetak pada pecahan Rp. 500
(lima ratus rupiah) yang telah resmi dirilis bersamaan 11 uang NKRI desain baru
oleh Presiden Joko Widodo pada Senin, 19 Desember 2016. Sesuai Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 2016 tentang
Penetapan Gambar Pahlawan Nasional sebagai gambar utama pada bagian depan
Rupiah kertas dan Rupiah logam NKRI, Bank Indonesia telah resmi
menerbitkan 7 (tujuh) pecahan uang rupiah kertas dan 4 (empat)
pecahan uang rupiah logam.
Profil
T.B.
Simatupang
Artikel Ditulis Oleh Jengkar Wasana
Sumber : Wikipedia
Mengenal
Lebih Dalam Siapakah T.B.
Simatupang
Letnan Jenderal TNI (Purn) Tahi Bonar
SImatupang atau lebih dikenal dengan nama T.B. Simatupang dikenal sebagai tokoh
militer dan gereja dalam sejarah Indonesia, dengan nama kecil “Bonar”
dilahirkan di Sidikalang, Sumatera Utara 28 Januari 1920 pernah ditunjuk oleh
Presiden Soekarno sebagai Kepala Staf Angkatan Perang Republik Indonesia (KASAP)
setelah Panglima Besar Jenderal Soedirman wafat pada tahun 1950 hingga
tahun 1953.
T.B. Simatupang lulus dari pendidikannya di
HIS Pematangsiantar pada tahun 1934 kemudian melanjutkan di MULO Dr Nomensen di
Tarutung pada tahun 1937, selanjutnya menempuh pendidikan di AMS di Salemba,
Batavia dan lulus pada tahun1940 saat Negeri Belanda diinvasi oleh pasukan Nazi
Jerman, Angkatan Darat Kerjaan Belanda (KL, Koninlijke Leger) dibubarkan dan
senjatanya dilucuti, demikian pula Akademi Militer T.B. Simatupang memutuskan untuk mengikuti ujian masuk
KMA yang waktu itu bersama-sama dengan A.H. Nasution dan Lex Kawilarang yang
kemudian lulus pada tahun 1942 dengan mendapatkan gelar taruna mahkota dengan
mahkota perak karena dinilai berprestasi khususnya di bidang teori. Bahkan
menurut Kawilarang, seandainya T.B. Simatupang itu orang Belanda, dia pasti
akan mendapatkan mahkota emas. Tak lama kemudian, bala tentara Kekaisaran
Jepang menginvasi Hindia Belanda hingga menyerah tanpa syarat pada 8 Maret
1942.
T.B. Simatupang menikah dengan
Sumarti Budiardjo yang merupakan adik dari teman seperjuangannya Ali Budiardjo
dan dikarunia empat orang anak, yaitu: Tigor, Toga, Siadji, dan Ida Apulia.
Karier militer T.B. Simatupang diawali saat diterima
menjadi kadet di KMA, Bandung pada tahun 1940. Setelah menempuh pendidikan
selama 2 tahun, Bonar pun lulus sebagai perwira muda. Namun belum sempat
ditugaskan di KNIL (Koninlijke Nederlands Indische Leger), pasukan
Jepang merebut kekuasaan di Hindia Belanda dan KNIL pun dibubarkan dan
senjatanya dilucuti. T.B. Simatupang dan beberapa temannya
sesama perwira pribumi direkrut Jepang dan ditempatkan di Resimen Pertama di
Jakarta dengan pangkat Calon Perwira.
Setelah Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945, T.B. Simatupang
bergabung dengan TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dan ikut bergerilya bersama
Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman melawan pasukan Belanda yang berniat
menguasai kembali Indonesia. Belanda menghapus KNIL dan menjadikan TNI sebagai inti kekuatan
tentara Indonesia. Ketika Jenderal Soedirman wafat pada tahun 1950, T.B. Simatupang dalam usia yang sangat
muda (29 tahun) diangkat sebagai Kepala Staf Angkatan Perang RI (KSAP) dengan
pangkat Mayor Jenderal hingga tahun 1953.
Presiden Soekarno
menghapuskan jabatan KSAP pada tahun 1953 kemudian pada tahun 1954 T.B. Simatupang diangkat sebagai
Penasihat Militer di Departemen Pertahanan RI hingga tahun 1959. Setelah
non aktif dari kemiliteran, T.B. Simatupang menyibukkan diri
dengan menulis buku dan mengajar di SSKAD (Sekolah Staf dan Komando Angkatan
Darat dan Akademi Hukum Milter/AHM). Dia sangat menyadari waktunya di militer
akan segera berakhir. Untuk itu ada hal yang ingin dilakukannya sehingga
perannya di militer bisa berlanjut, yaitu dengan menyiapkan Doktrin dan Kader
melalui tulisan dan membekali perwira-perwira di sekolah militer. Akhirnya dia
resmi dipensiunkan dari dinas militer pada tanggal 21 Juli 1959 dalam usia 39
tahun dengan pangkat terakhir Letnan Jenderal.
Simatupang meninggal
dunia pada tahun 1990 di Jakarta dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan
Kalibata, dan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono memberikan gelar Pahlawan
Nasional pada tanggal 8 November 2013. Saat ini namanya diabadikan sebagai
salah satu nama jalan besar di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan.
Pada desain baru uang NKRI ada 12 Pahlawan Nasional yang menghiasi uang baru NKRI emisi 2016, 12 pahlawan tersebut adalah sebagai berikut :
12 PAHLAWAN NASIONAL YANG MENGHIASI UANG BARU NKRI
Dr. (H.C.) Ir. Soekarno pada desain mata uang baru pecahan Rp.100.000
Dr. (H.C.) Drs. Mohammad Hatta pada desain mata uang baru pecahan Rp.100.000
Ir. H. Djuanda Kartawidjaja pada desain mata uang baru pecahan Rp.50.000
Dr. G.S.S.J. Ratulangi pada desain mata uang baru pecahan Rp.20.000
Frans Kaisiepo pada desain mata uang baru pecahan Rp.10.000
Dr. K.H. Idham Chalid pada desain mata uang baru pecahan Rp.5.000
Mohammad Hoesni Thamrin pada desain mata uang baru pecahan Rp.2.000
Tjut Meutia pada desain mata uang baru pecahan Rp.1.000
Mr. I Gusti Ketut Pudja pada desain mata uang logam baru pecahan Rp.1.000
Letjen TNI (Purn) TB Simatupang pada desain mata uang logam baru pecahan Rp.500
Dr. Tjiptomangunkusumo pada desain mata uang logam baru pecahan Rp.200
Prof. Dr. Ir. Herman Johanes pada desain mata uang l
Posting Komentar