BREAKING NEWS

Kamis, 22 Desember 2016

Profil TB Simatupang

T.B. Simatupang adalah seorang Pahlawan Nasional yang pernah menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Perang Republik Indonesia (KASAP) setelah Jenderal Soedirman wafat ini jasa-jasanya begitu besar dalam sejarah Indonesia, sehingga tidak heran jika wajahnya dipilih menjadi salah satu dari 12 Pahlawan Nasional yang menghiasi uang baru NKRI emisi 2016 dimana gambar T.B. Simatupang akan dicetak pada pecahan Rp. 500 (lima ratus rupiah) yang telah resmi dirilis bersamaan 11 uang NKRI desain baru oleh Presiden Joko Widodo pada Senin, 19 Desember 2016. Sesuai Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 2016 tentang Penetapan Gambar Pahlawan Nasional sebagai gambar utama pada bagian depan Rupiah kertas dan Rupiah logam NKRI, Bank Indonesia telah resmi menerbitkan 7 (tujuh) pecahan uang rupiah kertas dan 4 (empat) pecahan uang rupiah logam.

Profil T.B. Simatupang

 Gambar T.B. Simatupang
Artikel Ditulis Oleh Jengkar Wasana
Sumber : Wikipedia

Mengenal Lebih Dalam Siapakah T.B. Simatupang

Letnan Jenderal TNI (Purn) Tahi Bonar SImatupang atau lebih dikenal dengan nama T.B. Simatupang dikenal sebagai tokoh militer dan gereja dalam sejarah Indonesia, dengan nama kecil “Bonar” dilahirkan di Sidikalang, Sumatera Utara 28 Januari 1920 pernah ditunjuk oleh Presiden Soekarno sebagai Kepala Staf Angkatan Perang Republik Indonesia (KASAP) setelah Panglima Besar Jenderal Soedirman wafat pada tahun 1950 hingga tahun 1953.
T.B. Simatupang lulus dari pendidikannya di HIS Pematangsiantar pada tahun 1934 kemudian melanjutkan di MULO Dr Nomensen di Tarutung pada tahun 1937, selanjutnya menempuh pendidikan di AMS di Salemba, Batavia dan lulus pada tahun1940 saat Negeri Belanda diinvasi oleh pasukan Nazi Jerman, Angkatan Darat Kerjaan Belanda (KL, Koninlijke Leger) dibubarkan dan senjatanya dilucuti, demikian pula Akademi Militer T.B. Simatupang  memutuskan untuk mengikuti ujian masuk KMA yang waktu itu bersama-sama dengan A.H. Nasution dan Lex Kawilarang yang kemudian lulus pada tahun 1942 dengan mendapatkan gelar taruna mahkota dengan mahkota perak karena dinilai berprestasi khususnya di bidang teori. Bahkan menurut Kawilarang, seandainya T.B. Simatupang itu orang Belanda, dia pasti akan mendapatkan mahkota emas. Tak lama kemudian, bala tentara Kekaisaran Jepang menginvasi Hindia Belanda hingga menyerah tanpa syarat pada 8 Maret 1942.
T.B. Simatupang menikah dengan Sumarti Budiardjo yang merupakan adik dari teman seperjuangannya Ali Budiardjo dan dikarunia empat orang anak, yaitu: Tigor, Toga, Siadji, dan Ida Apulia. Karier militer T.B. Simatupang diawali saat diterima menjadi kadet di KMA, Bandung pada tahun 1940. Setelah menempuh pendidikan selama 2 tahun, Bonar pun lulus sebagai perwira muda. Namun belum sempat ditugaskan di KNIL (Koninlijke Nederlands Indische Leger), pasukan Jepang merebut kekuasaan di Hindia Belanda dan KNIL pun dibubarkan dan senjatanya dilucuti. T.B. Simatupang dan beberapa temannya sesama perwira pribumi direkrut Jepang dan ditempatkan di Resimen Pertama di Jakarta dengan pangkat Calon Perwira.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, T.B. Simatupang bergabung dengan TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dan ikut bergerilya bersama Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman melawan pasukan Belanda yang berniat menguasai kembali Indonesia. Belanda menghapus KNIL dan menjadikan TNI sebagai inti kekuatan tentara Indonesia. Ketika Jenderal Soedirman wafat pada tahun 1950, T.B. Simatupang dalam usia yang sangat muda (29 tahun) diangkat sebagai Kepala Staf Angkatan Perang RI (KSAP) dengan pangkat Mayor Jenderal hingga tahun 1953.
Presiden Soekarno menghapuskan jabatan KSAP pada tahun 1953 kemudian pada tahun 1954 T.B. Simatupang diangkat sebagai Penasihat Militer di Departemen Pertahanan RI hingga tahun 1959. Setelah non aktif dari kemiliteran, T.B. Simatupang menyibukkan diri dengan menulis buku dan mengajar di SSKAD (Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat dan Akademi Hukum Milter/AHM). Dia sangat menyadari waktunya di militer akan segera berakhir. Untuk itu ada hal yang ingin dilakukannya sehingga perannya di militer bisa berlanjut, yaitu dengan menyiapkan Doktrin dan Kader melalui tulisan dan membekali perwira-perwira di sekolah militer. Akhirnya dia resmi dipensiunkan dari dinas militer pada tanggal 21 Juli 1959 dalam usia 39 tahun dengan pangkat terakhir Letnan Jenderal.
Simatupang meninggal dunia pada tahun 1990 di Jakarta dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, dan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono memberikan gelar Pahlawan Nasional pada tanggal 8 November 2013. Saat ini namanya diabadikan sebagai salah satu nama jalan besar di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan.

Pada desain baru uang NKRI ada  12 Pahlawan Nasional yang menghiasi uang baru NKRI emisi 2016, 12 pahlawan tersebut adalah sebagai berikut :

12 PAHLAWAN NASIONAL YANG MENGHIASI UANG BARU NKRI


Dr. (H.C.) Ir. Soekarno pada desain mata uang baru pecahan Rp.100.000
Dr. (H.C.) Drs. Mohammad Hatta pada desain mata uang baru pecahan Rp.100.000
Ir. H. Djuanda Kartawidjaja pada desain mata uang baru pecahan Rp.50.000
Dr. G.S.S.J. Ratulangi pada desain mata uang baru pecahan Rp.20.000
Frans Kaisiepo pada desain mata uang baru pecahan Rp.10.000
Dr. K.H. Idham Chalid pada desain mata uang baru pecahan Rp.5.000
Mohammad Hoesni Thamrin pada desain mata uang baru pecahan Rp.2.000
Tjut Meutia pada desain mata uang baru pecahan Rp.1.000
Mr. I Gusti Ketut Pudja pada desain mata uang logam baru pecahan Rp.1.000
Letjen TNI (Purn) TB Simatupang pada desain mata uang logam baru pecahan Rp.500
Dr. Tjiptomangunkusumo pada desain mata uang logam baru pecahan Rp.200
Prof. Dr. Ir. Herman Johanes pada desain mata uang l

Share this:

Posting Komentar

 
Copyright © 2014 BS | Jasa Desain Bayar Seikhlasnya. Designed by OddThemes