Soekarno adalah seorang Pahlawan Nasional yang terkenal sebagai Proklamator
Republik Indonesia ini mempunyai jasa besar dalam sejarah Indonesia, sehingga
tidak heran jika wajahnya dipilih kembali bersama dengan gambar Ir. Soekarno
menghiasi uang pecahan 100 ribu bersama dengan 12 Pahlawan Nasional yang menghiasi uang baru NKRI emisi 2016 dimana gambar Soekarno akan dicetak pada pecahan Rp. 100.000 (lima puluh ribu rupiah) yang telah
resmi dirilis secara bersamaan 11 uang NKRI desain baru oleh Presiden Joko
Widodo pada Senin, 19 Desember 2016. Sesuai Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 2016 tentang
Penetapan Gambar Pahlawan Nasional sebagai gambar utama pada bagian depan
Rupiah kertas dan Rupiah logam NKRI, Bank Indonesia telah resmi
menerbitkan 7 (tujuh) pecahan uang rupiah kertas dan 4 (empat)
pecahan uang rupiah logam.
Profil
Soekarno
Artikel Ditulis Oleh Jengkar Wasana
Sumber : Wikipedia
Mengenal
Lebih Dalam Siapakah Soekarno
Ketika dilahirkan,
Soekarno diberikan nama Kusno oleh orangtuanya.[5]Namun karena ia sering
sakit maka ketika berumur sebelas tahun namanya diubah menjadi Soekarno oleh
ayahnya.[5][7]:35-36 Nama tersebut
diambil dari seorang panglima perang dalam kisah Bharata Yudha yaitu Karna.[5][7] Nama
"Karna" menjadi "Karno" karena dalam bahasa Jawa huruf
"a" berubah menjadi "o" sedangkan awalan "su"
memiliki arti "baik".[7]
Di kemudian hari
ketika menjadi presiden, ejaan nama Soekarno diganti olehnya sendiri
menjadi Sukarno karena menurutnya nama tersebut menggunakan
ejaan penjajah (Belanda)[7]:32. Ia tetap menggunakan
nama Soekarno dalam tanda tangannya karena tanda tangan tersebut adalah tanda
tangan yang tercantum dalam Teks ProklamasiKemerdekaan Indonesia yang tidak boleh
diubah, selain itu tidak mudah untuk mengubah tanda tangan setelah berumur 50
tahun[7]:32. Sebutan akrab untuk
Soekarno adalah Bung Karno.
Achmed Soekarno
Di beberapa negara
Barat, nama Soekarno kadang-kadang ditulis Achmed Soekarno. Hal ini
terjadi karena ketika Soekarno pertama kali berkunjung ke Amerika Serikat,
sejumlah wartawan bertanya-tanya, "Siapa nama kecil Soekarno?"[butuh rujukan]karena mereka tidak
mengerti kebiasaan sebagian masyarakat di Indonesia yang hanya menggunakan satu
nama saja atau tidak memiliki nama keluarga.
Soekarno menyebutkan
bahwa nama Achmed didapatnya ketika menunaikan ibadah haji.[8] Dalam beberapa versi
lain,[butuh rujukan] disebutkan
pemberian nama Achmed di depan nama Soekarno, dilakukan oleh para diplomat
muslim asal Indonesia yang sedang melakukan misi luar negeri dalam upaya untuk
mendapatkan pengakuan kedaulatan negara Indonesia oleh negara-negara Arab.
Dalam buku Bung
Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (terjemahan Syamsu Hadi. Ed.
Rev. 2011. Yogyakarta: Media Pressindo, dan Yayasan Bung Karno, ISBN 979-911-032-7-9) halaman 32
dijelaskan bahwa namanya hanya "Sukarno" saja, karena dalam
masyarakat Indonesia bukan hal yang tidak biasa memiliki nama yang terdiri satu
kata.
Kehidupan
Masa kecil dan remaja
Rumah masa kecil Bung
Karno
Soekarno dilahirkan
dengan seorang ayah yang bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya yaitu Ida Ayu Nyoman Rai.[5] Keduanya bertemu
ketika Raden Soekemi yang merupakan seorang guru ditempatkan di Sekolah Dasar Pribumi di Singaraja, Bali.[5] Nyoman Rai
merupakan keturunan bangsawan dari Bali dan beragama Hindu, sedangkan Raden Soekemi sendiri beragama Islam.[5] Mereka telah
memiliki seorang putri yang bernama Sukarmini sebelum Soekarno lahir.[9]:4-6, 247-251Ketika kecil Soekarno
tinggal bersama kakeknya, Raden Hardjokromo di Tulung Agung,Jawa Timur.[5]
Ia bersekolah pertama
kali di Tulung Agung hingga akhirnya ia pindah ke Mojokerto, mengikuti
orangtuanya yang ditugaskan di kota tersebut.[5] Di Mojokerto,
ayahnya memasukan Soekarno ke Eerste Inlandse School, sekolah
tempat ia bekerja.[9] Kemudian
pada Juni 1911 Soekarno dipindahkan ke Europeesche Lagere School(ELS) untuk memudahkannya diterima di Hogere Burger School (HBS).[5] Pada tahun 1915, Soekarno telah menyelesaikan pendidikannya di ELS dan berhasil
melanjutkan ke HBS di Surabaya, Jawa Timur.[5] Ia dapat
diterima di HBS atas bantuan seorang kawan bapaknya yang bernama H.O.S. Tjokroaminoto.[5] Tjokroaminoto
bahkan memberi tempat tinggal bagi Soekarno di pondokan kediamannya.[5] Di Surabaya,
Soekarno banyak bertemu dengan para pemimpin Sarekat Islam, organisasi yang
dipimpin Tjokroaminoto saat itu, seperti Alimin, Musso, Dharsono, Haji Agus Salim, dan Abdul Muis.[5]Soekarno kemudian
aktif dalam kegiatan organisasi pemuda Tri Koro Dharmo yang dibentuk
sebagai organisasi dari Budi Utomo.[5] Nama organisasi
tersebut kemudian ia ganti menjadi Jong Java (Pemuda Jawa)
pada 1918.[5] Selain itu,
Soekarno juga aktif menulis di harian "Oetoesan Hindia" yang dipimpin
oleh Tjokroaminoto.[9]
Soekarno sewaktu
menjadi siswa HBS Soerabaja
Soekarno bersama
mahasiswa pribumi TH
Bandung tahun
1923. Baris belakang dari kiri ke kanan: M. Anwari, Soetedjo, Soetojo, Soekarno,
R. Soemani, Soetono/Soetoto(?), R. M. Koesoemaningrat, Djokoasmo, Marsito.
Duduk di depan: Soetono/Soetoto(?), M. Hoedioro, Katamso.
Tamat HBS Soerabaja bulan Juli 1921[10], bersama Djoko Asmo
rekan satu angkatan di HBS, Soekarno melanjutkan ke Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB) di Bandung dengan mengambil
jurusan teknik sipil pada tahun 1921,[1]:38 setelah dua
bulan dia meninggalkan kuliah, tetapi pada tahun 1922 mendaftar kembali[1]:38 dan tamat pada
tahun 1926.[11] Soekarno
dinyatakan lulus ujian insinyur pada tanggal 25 Mei 1926 dan pada Dies Natalis ke-6 TH Bandung tanggal 3 Juli 1926 dia diwisuda bersama delapan belas insinyur lainnya.[1]:37 Prof. Jacob Clay selaku ketua
fakultas pada saat itu menyatakan "Terutama penting peristiwa itu
bagi kita karena ada di antaranya 3 orang insinyur orang Jawa".[1]:37 Mereka adalah
Soekarno, Anwari, dan Soetedjo,[12]:167 selain itu ada
seorang lagi dari Minahasa yaitu Johannes Alexander Henricus Ondang.[12]:167
Saat di Bandung,
Soekarno tinggal di kediaman Haji Sanusi yang merupakan
anggotaSarekat Islam dan sahabat karib Tjokroaminoto.[5] Di sana ia
berinteraksi dengan Ki Hajar Dewantara, Tjipto Mangunkusumo, dan Dr. Douwes Dekker, yang saat itu
merupakan pemimpin organisasi National Indische Partij.
Sebagai arsitek
Bung Karno adalah
presiden pertama Indonesia yang juga dikenal sebagai arsitekalumni dari Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB) di Bandung dengan mengambil
jurusan teknik sipil dan tamat pada tahun 1926. [note 3] [note 4] [13]
Pekerjaan
·
Ir. Soekarno pada tahun 1926 mendirikan biro insinyur bersama Ir. Anwari, banyak
mengerjakan rancang bangun bangunan. Selanjutnya bersama Ir. Rooseno juga merancang
dan membangun rumah-rumah dan jenis bangunan lainnya.
·
Ketika dibuang di Bengkulu menyempatkan
merancang beberapa rumah dan merenovasi total masjid Jami' di tengah
kota. [14]
Pengaruh terhadap karya arsitektur
Semasa menjabat
sebagai presiden, ada beberapa karya arsitektur yang dipengaruhi atau
dicetuskan oleh Soekarno. Juga perjalanan secara maraton dari bulan Mei sampai
Juli pada tahun 1956 ke
negara-negara Amerika Serikat, Kanada, Italia, Jerman Barat, dan Swiss. Membuat cakrawala alam pikir Soekarno semakin kaya dalam
menata Indonesia secara holistik dan menampilkannya sebagai negara yang baru
merdeka. [15]
Soekarno
membidik Jakarta sebagai wajah
(muka) Indonesia terkait beberapa kegiatan berskala internasional yang diadakan
di kota itu, namun juga merencanakan sebuah kota sejak awal yang diharapkan
sebagai pusat pemerintahan pada masa datang. Beberapa karya dipengaruhi oleh
Soekarno atau atas perintah dan koordinasinya dengan beberapa arsitek
seperti Frederich Silaban dan R.M. Soedarsono, dibantu beberapa arsitek junior untuk
visualisasi. Beberapa desain arsitektural juga dibuat melalui sayembara
Pada desain baru uang NKRI ada 12 Pahlawan Nasional yang menghiasi uang baru NKRI emisi 2016, 12 pahlawan tersebut adalah sebagai berikut :
12 PAHLAWAN NASIONAL YANG MENGHIASI UANG BARU NKRI
Dr. (H.C.) Ir. Soekarno pada desain mata uang baru pecahan Rp.100.000
Dr. (H.C.) Drs. Mohammad Hatta pada desain mata uang baru pecahan Rp.100.000
Ir. H. Djuanda Kartawidjaja pada desain mata uang baru pecahan Rp.50.000
Dr. G.S.S.J. Ratulangi pada desain mata uang baru pecahan Rp.20.000
Frans Kaisiepo pada desain mata uang baru pecahan Rp.10.000
Dr. K.H. Idham Chalid pada desain mata uang baru pecahan Rp.5.000
Mohammad Hoesni Thamrin pada desain mata uang baru pecahan Rp.2.000
Tjut Meutia pada desain mata uang baru pecahan Rp.1.000
Mr. I Gusti Ketut Pudja pada desain mata uang logam baru pecahan Rp.1.000
Letjen TNI (Purn) TB Simatupang pada desain mata uang logam baru pecahan Rp.500
Dr. Tjiptomangunkusumo pada desain mata uang logam baru pecahan Rp.200
Prof. Dr. Ir. Herman Johanes pada desain mata uang l
Posting Komentar